huang fong pelukis legendaris

Diposting oleh imron | 21.14 | 0 komentar »


huang

Huang Fong lahir di Genteng, Banyuwangi, tahun 1936. Ia belajar melukis dengan teknik cat air pada almarhum Tan Kiaw Tek, di Surabaya, yang dianggap empu teknik lukis cat air gaya Cina. Ia kemudian belajar melukis dengan teknik cat minyak pada pelukis Nurdin BS. Selanjutnya Huang Fong mengembangkan teknik melukisnya sendiri yang menggunakan cat minyak tanpa menghilangkan efek basah dan transparan ala cat air yang sangat digemari dan dikuasainya itu.  

Tahun 1963 Huang Fong menapak Bali untuk pertama kalinya. Kemudian sejak 1967, Huang Fong tak pernah bergeser; baik dalam hal tempat tinggal (memutuskan menetap di Bali), dia melukis segalanya tentang Bali: dari melukis potret, melukis tubuh, panorama, dan kehidupan masyarakat pedesaan Bali, karena memang topik-topik itu yang dipahami luar dalamnya. Dia melebur dengan kehidupan Bali.

huang-fong
Pelukis yang tumbuh satu periode dengan dengan Lee Man Fong, Siauw Tek Wie, Wen Peor dan Lim Wasim, ini termasuk pelukis mumpuni yang karyanya masuk dalam buku koleksi Bung Karno. Sejak 1967 berkarya di Bali, Huang Fong banyak menjelajahi tiga pokok soal, kecantikan perempuan, alam, dan lingkungan budaya, yang mendorong menjalani hidup keseniannya. Pelukis yang ikut memprakarsai berdirinya kelompok lukis Sanggar Kamboja di Bali tahun 1986, banyak terilhami kebudayaan Bali. Ia melukis gadis duduk bertelanjang dada, gadis merangkai sesajian, atau gadis menari, di tengah pemandangan alam atau upacara yang indah.

Huang Fong suka melukis langsung kekhasan Bali. Ia mengarahkan pose sang model. Kalau ia ingin melukis tari, si model ia minta menari dan berhenti pada posisi yang ia kehendaki. Keterampilannya tinggi dalam menggubah citra realistik fotografis sehingga kemolekan berbagai bentuk tubuh atau alam sekeliling muncul dengan meyakinkan. Ia menggarap rincian yang perlu seperti lekuk buah dada atau motif kain, anyaman bambu, maupun kostum tari. Adapun latar umumnya ia buat samar, namun tak jauh dari daya menghias yang rupanya telah mendarah daging.


karya: huang fong




0 komentar

Posting Komentar